Kendari, SATUSULTRA – Tim dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Haluoleo (UHO) merasa tergerak dengan semakin tingginya ancaman terhadap terumbu karang akibat aktifitas manusia. Tekanan dari penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut, pembangunan pesisir dan pencemaran dari Daerah Aliran Sungai, merupakan momok bagi kehidupan terumbu karang.
Salah satu cara efektif yang dapat ditempuh untuk mengatasi laju kerusakan terumbu karang adalah melalui transplantasi. Tim dosen FPIK UHO yang diketuai Sjamsu Alam Lawelle, membuat terumbu buatan dengan memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan tambahan, berupa pengisi blok beton.
Menurut Sjamsu Alam, dengan menggunakan metode ini, maka dua keluaran dapat diperoleh yakni mampu mengatasi permasalahan kelestarian ekosistem terumbu karang, sekaligus penanganan sampah plastik.

“Kita menggunakan sampah botol plastik sebagai tambahan dalam pembuatan media untuk menumbuhkan karang. Botol plastiknya diisi dengan sampah kemasan plastik sampai padat, kemudian akan terkurung dalam blok beton sebagai media,” ujarnya, Minggu (24/11/2024).
Pengaplikasiannya dilaksanakan di Kelurahan Tondonggeu Kota Kendari, dengan menyasar peserta didik pada Lembaga Program Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Anak Pesisir di Kampung Pelangi, sebagai mitra.
Mereka yang dijadikan mitra, merupakan para keluarga nelayan usia muda yang notabene memiliki ketergantungan ekonomi tinggi pada hasil laut. Padahal disisi lain, terumbu karang, yang salah satu fungsinya sebagai “rumah ikan” di areal mereka sangat terbatas, sehingga membuat mereka harus melaut hingga jauh untuk menangkap ikan.
“Melalui transplantasi karang ini diharapkan dalam jangka panjang dapat memulihkan kembali ekosistem di terumbu karang sehingga masyarakat dapat meningkatkan hasil tangkapan maupun budidaya, tak begitu jauh dari daerah tinggalnya,” ungkap Sjamsu Alam.

Para mitra tersebut diberi pengenalan dan pelatihan untuk membuat terumbu karang buatan sekaligus melakukan pemeliharaannya. Hal itu kata salah seorang tim dosen Risfandi, sebab dari hasil pengamatan para dosen, diketahui mitra ini belum memiliki pengetahuan pentingnya ekosistem terumbu karang untuk keberlanjutan usaha dan keamanan tempat tinggal mereka. Mereka juga tidak memiliki keterampilan untuk memperbaiki terumbu karang dan Keterbatasan pengetahuan dalam pemeliharaan terumbu karang buatan.
Para mitra juga memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan sampah plastik yang dapat menjadi bahan tambahan dalam pembuatan media terumbu karang,” ujar Risfandi.
Anggota tim dosen lainnya, Irdam Riani dan Rosmawati mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu sumbangsih FPIK UHO dalam pengembangan Blue Ekonomi di Kota Kendari.
Tim dosen pada pengabdian ini terdiri dari Sjamsu Alam lawelle, Asriyana, Utama K Pangerang, Irdam Riani, Wa Iba, Rosmawati, Baru Sadarun, Yasir Haya, Risfandi. Mereka turut didukung oleh Dekan FPIK Asriyana yang turut ambil bagian dalam pengabdian ini. Para dosen merasa bangga karena pelatihan itu diikuti penuh antusias oleh mitra dan masyarakat.
Pemerintah Kelurahan Tondonggeu dan Pengelola PKBM Anak Pesisir juga memberi dukungan penuh. Mereka bersyukur FPIK UHO memilih Tondonggeu sebagai tempat pelaksaan kegiatan kegiatan.
“Kami berterima kasih kepada pihak FPIK UHO yang telah malakukan kegiatan pengabdian edukasi transplantasi karang kepada peserta belajar non formal PKBM Anak Pesisir,” ujar Lurah Tondonggeu Sovian yang diamini Ketua PKBM Anak Pesisir, Hendra. (*)
Reporter : Indri
Komentar