Tim Dosen UHO Latih Santri Ponpes Budidaya Aquaponik di Pekarangan

Kendari, SATUSULTRA – Memenuhi kebutuhan pangan harian secara mandiri, menjadi salah satu kendala yang dihadapi pondok pesantren. Kondisi tersebut turut dipicu oleh keterbatasan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan para santri.

Tim dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Haluoleo (UHO) hadir untuk mendorong pemanfaatan lahan sempit di pondok Pesantren Al-Quran H. Adi Andi Putra Putri Barakati Sultra di kelurahan Anggoeya, Kota Kendari. Mengusung pemanfaatan teknologi bioflok dan aquaponik, tim dosen memberi pemaparan dan pelatihan budidaya ikan Nila dan sayur pakcoy dan seladat secara bersamaan dalam satu wadah di lahan sempit.

Ketua tim dosen FPIK UHO Dr. Muhaimin Hamzah, S.Pi., M.Si mengatakan para santri di Ponpes H.Adi Andi Putra Putri Barakati Sultra juga cukup memiliki jiwa wirausaha. Namun mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menerjemahkan semangat tersebut menjadi upaya yang produktif.

tim dosen FPIK UHO saat membawakan materi tentang budidaya aquaponik pada para santri. (foto : dokumentasi pribadi)

Karena itu, bersama koleganya di FPIK UHO, Dr. Irdam Riani, S.Pi., M.Si, Dr. Ir. Andi IrwanNur, MES, Dr. Ir. Moh. Nuh Ibrahim, M.Si, Wa Jali, S.Pi., M.Si, Seventry Meliana Patiung S.Pi., M.Si, dan Syamsul Kamri, S.Pi., M.Si, mereka memberikan materi dan pelatihan budidaya ikan nila dan sayur pakcoy dan selada pada aquaponik bertingkat dengan teknologi sederhana pada para santri.

Menurutnya budidaya ikan Nila dan sayur dalam sistem aquaponik bertingkat relatif sederhana sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan sendiri oleh para santri.

“Para santri sangat tertarik dengan budidaya ikan Nila dan sayur dalam sistem aquaponik bertingkat dengan memanfaatkan hasil air buangan dari usaha depot dengan teknologi sederhana yang baru diperkenalkan dalam memenuhi menu sehat dengan mudah. Ini secara intensif akan memberikan dorongan kepada kelompok dan binaannya untuk menerapkan teknologi aquaponik secara terus menerus,” ujar dosen Budidaya Perairan ini.

Para santri antusias mendengar pemaparan dari dosen UHO tentang aquaponik. (foto : dokumentasi pribadi)

Ia menjelaskan, akuaponik merupakan sistem perpaduan budidaya ikan dan sayuran yang saling terhubung dan memberi manfaat satu sama lain. Ikan yang dibudidaya mendapatkan asupan makanan langsung dari pembudidaya. Sementara itu, sayuran mendapatkan nutrisi dari kotoran ikan dan sisa pakan yang sudah terurai sehingga bermanfaat untuk sintesis protein tanaman.

“Air yang berasal dari kolam ikan tidak dapat langsung dialirkan ke tanaman, tetapi harus melalui sistem penyaringan dan sistem nitrifikasi. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan kotoran ikan dan mengubah unsur nitrogen yang dominan dari kolam ikan seperti urea dan amonia. Ini karena tanaman hanya menyerap unsur nitrogen dalam bentuk ion. Selain itu, nitrifikasi mencegah tanaman mengalami keracunan akibat dominasi unsur nitrogen. Secara umum sistem akuaponik cukup efisien untuk diterapkan di tengah perkotaan yang memiliki lahan sempit,” jelasnya.

Para santri ungkap Muhaimin, mendapat pelatihan pembuatan media budidaya aquaponik dengan wadah kolam dan gelas plastik bekas, serta proses budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan sayur teknologi bioflok dan aquaponik dalam wadah kolam.

Ia menjelaskan, para santri diberi pelatihan berupa pembuatan wadah budidaya. Usai pembuatan wadah, dilanjutkan dengan pengisian air, lalu didiamkan selama dua minggu. Hal itu dimaksudkan untuk menumbuhkan lumut yang baik untuk bibit ikan yang akan ditebar. Setelah pengendapan, dilakukan pengisian bibit Nila ke dalam kolam yang sudah disiapkan serta penanaman pakcoy dan selada.

“Kemudian dilakukan pematauan pertumbuhan ikan dan sayur tiap minggu sekaligus melakukan penyimpanan air agar kualitas air tetap baik,” katanya.

Para santri dan pengasuh pondok juga diberi pelatihan pengukuran kualitas air untuk memastikan kualitas air budidaya mendukung pertumbuhan ikan dan sayur. Pengukuran kualitas air dilaksanakan tiap dua minggu sekali.

Buah dari pelatihan itu kata Muhaimin, pengetahuan dan keterampilan para santri meningkat. Saat ini, mereka telah dapat mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan dengan mempraktekan sendiri membuat sistem aquaponik menggunakan pipa bertingkat.

“Manfaat lain yang kita lihat adalah lahirnya inisiatif untuk mencari alternatif penyediaan menu sehat dan menambah pendapatan bagi Ponpes dengan memanfaatkan lahan yang mereka miliki, secara mandiri,” tandasnya. (*)

editor : Indri

Komentar