Kendari, SATUSULTRA – Angka pemborosan pangan di Indonesia berpengaruh terhadap ketersediaan pangan. Untuk itu pemerintah terus berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya upaya mengurangi pemborosan pangan melalui gerakan selamatkan pangan.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang upaya mencegah dan mengurangi pemborosan pangan Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Ketahanan Pangan menyelenggarakan sosialisasi stop boros pangan di Kelurahan Mokoau Kecamatan Kambu.
Dalam kesempatan itu Penjabat (Pj) Walikota Kendari, Muhammad Yusup mengatakan kampanye stop boros pangan ini merupakan upaya Pemerintah dalam rangka terjadinya kerawanan pangan di daerah. Karawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologi bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.
Penyebab terjadinya kerawanan pangan salah satunya karena pola perilaku masyarakat dan jasa penyedia pangan yang memanfaatkan pangan secara tidak bijak dan tidak terkendali. Akibatnya sebagian makanan atau pangan yanh dihasilkan menjadi terbuang dan menjadi sampah. Padahal apabila dikelola dan direncanakan secara benar kondisi ini tidak akan terjadi.
“Untuk mencegah hal itu, maka penting kita lakukan edukasi kepada masyarakat agar kita semua memiliki pemahaman yang sama sehingga tumbuh kepedulian terhadap pengelolaan pangan yang baik,” ungkapnya.
“Termasuk upaya penyelamatan pangan berlebih atau berpotensi terbuang sehingga tidak terjadi boros pangan,” tambahnya.
Kampanya stop boros pangan ini tambahnya dilakukan sebagai akibat dari banyaknya makanan yang terbuang selama ini. Berdasarkan data Bappenas yang dilansir Badan Pangan Nasional setiap tahun terdapat 23-48 ton makanan terbuang menjadi sampah.
Makanan yang terbuang tersebut menyebabkan kerugian ekonomi mencapai Rp213-551 triliun. Bayangkan dengan jumlah makanan yang terbuang itu dapat memberi makan 61-125 juta orang. Di sisi lain Indonesia menjadi negara terbesar kedua setelah Arab Saudi dalam produksi sampah makanan.
“Masih besarnya angka pemborosan pangan itu berpengaruh ketersediaan pangan,” ungkapnya.
Dengan demikian, untuk menyikapi hal itu Pemkot Kendari terus berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya tentang upaya mengurangi pemborosan pangan melalui kampanye stop pangan.
“Diharapkan kepada kita semua menjadi keluarga yang cerdas pangan, bijak dalam komsumsi dan tidak boros pangan, sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan dan gizi rumah tangga,” paparnya.
Apalagi menghabiskan dan tidak membuang makanan merupakan salah satu cara untuk bersyukur kepada Allah STW, karena makanan yang terbuang akan mubazir dan dibenci Yang Maha Kuasa.
“Saya berharap melalui kampanye stop boros pangan masyarakat tidak lagi membuang makanan,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Abdul Rauf mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi pemborosan pangan. Karena hal ini sebenarnya untuk menyelamatkan masyarakat atau rumah tangga dari kekurangan pangan.
“Saya mengajak masyarakat untuk mendukung gerakan selamatkan pangan antara lain dengan cara berbelanja secukupnya, makan secukupnya, mengkreasikan masakan, dan berbagi pangan,” jelasnya.
Melalui kegiatan edukasi, sosialisasi, kampanye bahaya akan selamatkan pangan secara berkesinambungan, diharapkan menjadi masyarakat keluarga yang cerdas pangan, bijak dalam konsumsi, dan tidak boros pangan.
“Pada dasarnya gerakan yang dilakukan pemerintah adalah semata-mata untuk menyelamatkan atau membantu masyarakat dari kekurangan pangan,” tandasnya. (*/adv)
Komentar