Kolaka Timur, SATUSULTRA – Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), provinsi Sulawesi Tenggara, menyimpan beragam potensi pariwisata yang sayang untuk dilewatkan. Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Koltim Soelwan Sovian mengatakan, potensi destinasi wisata Wonua Sorume, sangat mempesona, memanjakan mata dengan bentangan alam yang kaya.
“Potensi destinasi pariwisata di Kabupaten Kolaka Timur luar biasa banyak, tinggal pemahaman seluruh stakeholder dan masyarakat dalam memberdayakannya,” kata Soelwan.
Soelwan menyebut, beberapa objek wisata yang wajib dikunjungi ketika ke Koltim diantaranya, air terjun Tetewa, air terjun Titian Asosowu, gua Sorongga, puncak Sorombipi, puncak Alamo dan bendungan Ladongi.
Ia kemudian menjabarkan, air terjun Tetewa semakin ramai dikunjungi wisatawan. Dengan pesona alamnya yang memukau mata, ia yakin rasa letih akibat perjalanan yang memakan waktu sekitar 3 jam dari kecamatan Mowewe, akan lenyap.
“Walau akses masih kurang memadai, namun ketika tiba di destinasi ini, semua penat dan rasa lelah akan terbayarkan dengan keindahan air terjun Tetewa,” ungkapnya.
Tak jauh dari air terjun Tetewa, ada air terjun Titian Asosowu yang disekitarnya terdapat hutan yang terpelihara keasriannya. Lokasi air terjun ini kata Soelwan, berada di tengah hutan puncak Latopa. Jika dari jalan poros menuju kantor Desa Likuwalanapo, air terjun Titian Asosowu dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 km dengan menuruni tebing.
“Air terjun Titian Asosowu merupakan air terjun yang berasal dari danau yang masuk ke dalam tanah lalu muncul di hulu sungai Titian Asosowu ini. Ada banyak keindahan yang akan membuat wisatawan menjadi betah. Bentuk air terjun ini melebar dan bertingkat. Bentuk ini memberi satu pemandangan langka yang juga jarang didapatkan di air terjun lainnya. Tak hanya itu, karena ada di sebuah hutan suaka alam, ada banyak satwa yang juga masih sangat alami. Panjang air terjun ini sekitar 20 KM. Jarak menuju Air Terjun ini dari pusat Kota sekitar 4 jam dan melewati Kecamatan Mowewe. Air Terjun ini tak terlalu jauh dengan Air Terjun Tetewa yang ada di Ueesi,” beber Soelwan.
Masih disekitar air terjun Titian Asosowu, di pegunungan desa Likuwalanapo, terdapat gua Sorongga yang hanya berjarak sekitar 20 menit dari jalan poros desa dengan berjalan kaki. Gua ini dulunya merupakan lokasi pemakaman warga desa sehingga tak heran masih banyak ditemui peti mati yang berisi tulang belulang manusia.
“Gua ini dulunya dijadikan sebuah makam oleh penduduk asli desa, kuburan gua ini hampir mirip dengan kuburan yang berada di Tana Toraja, Sulawesi Selatan,” jelas Soelwan.
Jika tengah berada di ibu kota Koltim, Tirawuta, ada satu spot wisata yang menarik untuk dicicipi, namanya puncak Sorombipi. Spot wisata ini terletak tak jauh dari kantor bupati Koltim. Dari puncak Sorombipi, terlihat hamparan Koltim yang luas dengan hamparan yang menghijau. Sorombipi juga menyiapkan berbagai macam spot foto yang bisa digunakan para wisatawan untuk mengabadikan momen.
“Namun saat ini puncak Sorombipi dalam tahap pembenahan agar terlihat lebih indah dan bagus. Destinasi ini bisa ditempuh dengan waktu 10 menit dari pusat Kota Kolaka Timur,” jelas Soelwan.
Wisata bertema puncak, juga terdapat di kecamatan lalolae, yakni puncak Alamo. Spot ini menawarkan pemandangan yang begitu indah. Banyak wisatawan yang sering mengunjugi destinasi ini karena aksesnya mudah dijangkau, sekitar 30 menit menggunakan kendaraan roda empat dari ibukota Tirawuta.
Destinasi ini juga sering digunakan sebagai lokasi camping dan gelaran acara santai lainnya. Puncak Alamo juga menyiapkan berbagai macam spot foto dan gazebo atau saung untuk istirahat para wisatawan.
Selain wisata alam, Soelwan juga menjelaskan Koltim memiliki wisata buatan berupa bendungan Ladongi yang diresmikan oleh presiden Joko widodo beberapa waktu lalu. Bendungan Ladongi ungkapnya, banyak dikunjungi masyarakat karena pemandangannya yang begitu indah. Bendungan Ladongi tidak terlalu jauh dari pusat ibu kota Koltim, hanya sekitar 20 menit dari Kecamatan Tirawuta. (c)
reporter : Dhery Hermansyah
editor : Linri Merinda
Komentar