Pertama di Indonesia, Proyek Smelter PT CNI Didukung Penuh Pemerintah dan Perbankan Nasional

Jakarta, SATUSULTRA – Proyek pembangunan pemurnian bijih nikel (smelter) PT Ceria Nugraha Indotama mencatat sejarah. Dibawah bendera PT Ceria Metalindo Prima, pembangunan smelter PT Ceria merupakan proyek pertama dari perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mendapat dukungan penuh pemerintah dan perbankan nasional.

Hal itu ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi Fasilitas Term Loan Pembiayaan Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Laterit dengan Teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) 1×72 MVA, antara PT Ceria Metalindo Prima dengan Sindikasi Bank Nasional yang dipimpin oleh Bank Mandiri, dengan anggota Bank Jawa Barat Banten (BJB) dan Bank Sulawesi Selatan Barat (Bank Sulselbar). Istimewanya, penandatanganan tersebut disaksikan oleh menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Arifin mengatakan, pembangunan fasilitas hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah mineral merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).

“Pemerintah maupun UU Minerba mengharuskan untuk mengolah sumber daya alam mineral kita untuk menjadi produk-produk turunan yang mempunyai nilai tambah. Selama ini memang kita kehilangan kesempatan memperoleh nilai tambah karena banyak hal, terkait dengan teknologi dan pendanaan yang tersedia. Sehingga menyebabkan selama ini kita selalu menjual material mineral sumber daya alam kita dalam bentuk mentahan,” ujar Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (6/4) petang.

Menurutnya, proses hilirisasi mineral telah menunjukkan satu perubahan dan memberikan nilai yang nyata. Contohnya, beberapa tahun yang lalu, pemasukan dari hasil minerba hanya jutaan dolar. “Dan tahun lalu kita bisa tembus di atas 20 juta dolar dari hasil pengolahan ini. Ini tentu bukan akhir, namun adalah permulaan di mana kita memulai era baru, bagaimana kita bisa mengolah bahan-bahan baku kita untuk memberikan nilai tambah,” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, potensi nikel di Indonesia adalah 23 persen dari potensi nikel dunia. Hal tersebut memberikan peluang yang besar bagi industri nikel yang merupakan bahan material konstruksi. “Karena nikel juga dipakai untuk material konstruksi. Industri baja adalah industri kunci untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, karena baja inilah yang mendukung proyek-proyek infrastruktur dan infrastruktur yang mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi,” tutur Arifin.

Kementerian ESDM, tambah Arifin, memiliki visi untuk mendorong dan mempercepat proses hilirisasi. Penyelesaian sejumlah proyek hilirisasi tengah didorong agar dapat selesai pada waktu yang ditentukan, meski saat ini masih diberikan relaksasi. Arifin pun mengapresiasi Bank Mandiri dan anggota Sindikasi Bank Nasional yang telah mendukung visi Kementerian ESDM ini.

“Inisiatif yang timbul dari Kementerian ESDM adalah bagaimana caranya mendorong proyek-proyek smelter agar segera diselesaikan. Masih ada 12 smelter lagi yang harus kita dorong. Dengan penandatanganan yang kita saksikan hari ini, kita melihat bahwa dengan kebersamaan kita, dengan keterbukaan kita, kita bisa gendong (selesaikan). Saya ucapkan terima kasih kepada direksi Bank Mandiri, yang sudah mendorong proses hilirisasi,” tandas Menteri ESDM.

—— halaman selanjutnya, penjelasan Dirut PT.CMP Derian Sakmiwata

Please follow and like us:
Pin Share

Komentar