Kolaka, SATUSULTRA – Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba), Kementerian ESDM mencatat capaian positif sepanjang tahun 2022. Dua item yakni nilai investasi, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan investasi subsektor minerba berhasil terealisasi diatas target.
Pada perhitungan 31 Desember 2022, realisasi investasi mencapai 5,69 miliar USD, lebih besar dari target 5,01 miliar USD. PNBP yang disetor ke negara sejumlah Rp183,35 triliun atau melebihi dari target sebesar Rp101,84 triliun.
Direktur Jenderal Minerba, Ridwan Djamaluddin menyebut pada tahun 2022 investasi subsektor minerba mencapai 113,5 persen dari rencana semula. “Sedangkan perolehan PNBP melampaui 180 persen dari target“, ujar Ridwan dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Tahun 2022 dan Rencana Kinerja Subsektor Minerba Tahun 2023, di lantai 5, Gedung Muhammad Sadli 1, kantor Ditjen Minerba, Jakarta belum lama ini.
Satu kebanggaan bagi Sulawesi Tenggara, sesuai data Kementerian ESDM, investasi komoditas mineral terbesar di Indonesia, salah satunya oleh PT Ceria Nugraha Indotama. Perusahaan pertambangan yang beroperasi di Kolaka ini, disebut bersama PT.Freeport Indonesia dan PT.Vale Indonesia sebagai pemilik investasi komoditas mineral terbesar di Indonesia.
Realisasi investasi PT CNI sepanjang 2022, terwujud dari pembangunan line I fasilitas pengolahan bijih nikel laterit Rectangular Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) 1 x 72 MVA di Blok Lapao-pao. Fasilitas tersebut mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan sindikasi perbankan melalui pembiayaan term loan senilai 277,6 juta USD.
Pembiayaan tersebut bersumber dari sindikasi perbankan yang terdiri dari PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB), dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank Sulselbar).
Presiden Direktur Utama CNI Group Derian Sakmiwata mengapresiasi kepercayaan ketiga bank untuk mendanai proyek smelter PT CNI. Dukungan pembiayaan senilai 277,6 juta USD ini kata Derian, memberikan kepastian pencapaian target operasi tahap pertama smelter bijih nikel laterit RKEF. Fasilitas RKEF memiliki kapasitas 63 ribu ton feronikel dengan kandungan nikel 22 persen atau setara 13.900 ton nikel per tahun dengan total nilai proyek line I senilai 347 juta USD.
Dukungan pendanaan dari sindikasi perbankan ini juga ungkap Derian, merupakan sejarah karena pertama kalinya perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendapat dukungan pendanaan dari perbankan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). “Ini membuktikan industri anak bangsa bisa bangkit dengan dukungan pendanaan dari BUMN dan BUMD,” ujar Derian.
Pada November 2022 lalu juga, PT CNI bekerjasama dengan PT Padma Energi Indonesia Group Titis Sampurna membangun terminal Liquefied Natural Gas (LNG) dan Infrastruktur Pendukung dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan gas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang akan dioperasikan PLN di Kolaka. Terminal LNG ini memiliki total kapasitas 24 mmscfd dan akan dibangun di atas lahan seluas 7,5 hektar di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Terminal Khusus (Tersus) PT CNI yang berada di pesisir pantai. (lin)
Komentar