GOR Renang KONI Minim PAD, Klub Renang Bebas Masuk Tanpa Bayar Karcis

Kendari, SATUSULTRA – Staf Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Tenggara (Sultra) yang bertugas di Gelanggang Olah Raga (GOR) renang, kini tengah gamang. Di saat mereka dituntut untuk memaksimalkan pemasukan daerah yang dibebankan ke Dispora, melalui penggunaan kolam renang, di sisi lain mereka diperhadapkan dengan kebijakan sepihak yang diambil pengurus KONI Sultra, yang membolehkan anggota Akuatik Azura Swimming Club, berlatih setiap hari tanpa ada “Sumbangsih” retribusi bagi daerah.

Padahal seyogyanya, sebelum masuk berenang, tiap pengunjung harus membayar tiket di loket sebagai syarat masuk area kolam. Namun, alih-alih membayar “upah”, anggota klub malah dengan santainya melenggang masuk ke dalam area, tanpa ada setoran retribusi ke daerah. Padahal, anggota klub berjumlah 62 orang. Belum lagi diperparah dengan para orangtua yang ikut masuk area tanpa ada tiket yang dibayarkan ke pihak pengelola.

“Ini mi yang bikin kami pusing. Bagaimana bisa, retribusi masuk area kolam, tidak dibayar sama mereka (Anggota klub-red). Sama sekali tidak ada, padahal jumlah anggotanya 60 orang. Coba mi jumlah, berapa seharusnya pemasukan yang didapat daerah, dari penggunaan kolam renang ini. Belum lagi orangtuanya,” kata Sekretaris GOR renang, Harry Purnomo, Rabu (17/9/2025).

Ada 2 jenis tarif yang dipungut Dispora Sultra dari GOR renang yakni tarif untuk anak-anak dan dewasa. Dimana, anak-anak sebesar Rp. 15 ribu dan Rp.20 ribu untuk dewasa. Hari tidak mengetahui secara detail jumlah anak-anak maupun orang dewasa yang masuk anggota Aquatik Azura Swimming Club. Yang ia tahu, keseluruhannya 62 orang. Jika diasumsikan, total anak-anak sejumlah 30 orang dan dewasa 32 orang, maka saat dikalkulasi, Dispora bisa memperoleh PAD yang bersumber dari kolam renang yakni sebesar Rp.1.090.000. Itu baru jumlah yang diperoleh dalam sehari.

Bagaimana jika jumlah itu diperkalikan sebulan? Maka hasilnya sebesar Rp.32.700.000. Bisa dibayangkan berapa pendapatan yang bisa diperoleh Dispora Sultra, dengan 3 bulan latihan intensif yang sudah dijalani anggota Akuatik Azura Swimming Club sejak Juli 2025. Totalnya sejumlah Rp.98.100.000. Sayangnya, angka fantastis itu hanya angan semata. Faktanya, pihak Dispora Sultra tidak pernah “untung”, yang ada malah “buntung”. Kenapa buntung? Karena ada pembelian chlorine sejumlah 100 kilo gram, yang dilakukan setiap 2 bulannya. Sekali tuang di kolam kedalaman 3 meter, minimal 5 kilo gram chlorine pertiga hari. Selain chlorine, ada PAC 10 zak. Dimana perzaknya sejumlah 20 kilo gram.

Menurut Harry, pemberian obat pertiga hari, wajib dilakukan agar bakteri dan lumut tidak bersarang dalam kolam.

“Harusnya kita tuangkan tiap hari. Tapi ini tiap 3 hari. Bengkak juga (Biaya_red) kalau tiap hari. Jadi kita akali tiap 3 hari, baru kita kasih chlorine dengan PAC. Pemasukan juga tidak sesuai. Tadi saja ini, dari pagi sampai siang saya jaga cuma Rp.135 ribu. Itu pun umum. Kalau klub gratis. Kenapa bisa gratis? Wallahu a’lam itu. Saya pertanyakan, tapi begitulah. Tanya saja sama orang KONI, kenapa bisa gratis. Karena orang klub bilang, mereka ada persetujuan dari gubernur,” jelasnya.

Harry lalu mengurai fakta yang menyesakkan dada. Setiap hari ia bersama Yusran, Halidin, Ramlan, Kimran dan Baco Achmad, turun membersihkan kolam renang. Mereka bergumul dengan “kotoran” manusia yang selalu saja ada setiap harinya. Mulai dari pembalut kewanitaan, kencing bahkan hingga yang paling menjijikkan, ada kotoran orang di dalam kolam.

“Beh, ini yang paling menjijikkan, ada kotoran. Yang datang kasian bersihkan, itu pak Halidin. Dia ambil, baru dia buang. Astaghfirullah suka dukanya itu,” urainya sembari memperlihatkan ekspresi jijik kala mengingat peristiwa tersebut.

Yusran mengurai fakta serupa. “Tiap hari, pasti ada kotoran. Pembalut itu ada terus. Kotoran manusia lebih-lebih. Ini semua kita angkat dari dalam kolam terus kita buang. Kita pel semua lantai. Karena apa? Supaya tidak licin dan tidak membahayakan pengunjung dan pengguna kolam. Tapi malah kita dimediakan,” jelasnya.

Kendati demikian, mereka tetap bertugas setiap hari, menjaga, membersihkan hingga merawat GOR hingga seluruh area termasuk toilet yang digunakan. Setelah dilakukan pembersihan kolam, lanjut pemberian “obat” yang disebut chlorine dan PAC. Tujuannya, agar kuman dan bakteri yang bersarang atau dibawa oleh pengunjung, bisa mati.

“Chlorine atau kaporit yang biasa orang sebut, bertahan di dalam air kolam selama 3 hari. Setelah 3 hari, dikasih lagi yang baru. Saya test kit, untuk menentukan kualitas air berupa keasamannya. Pokoknya hari ini kurang, kapan kita tidak turunkan, besok itu langsung muncul lumut. Jadi kita stand by setiap hari dari subuh sampai tengah malam,” ujar Harry.

Kebersihan hingga keamanan pengguna kolam menjadi tanggung jawab 8 staf Dispora Sultra, di bawah penanggung jawab Juli Wahyuddin. Makanya, pembersihan GOR hingga pukul 22.00 Wita setiap hari. Saat aktifitas di kolam renang sudah tak ada, semua staf langsung bekerja membersihkan area kolam, menyapu hingga memastikan lantai setiap sudut bebas air, tak terkecuali toilet hingga pemberian obat di dalam kolam. Sering pula, Penanggungjawab GOR Renang, Juli Wahyuddin, turun tangan membantu anak buahnya bersih-bersih dan menanggalkan jabatannya sebagai kepala seksi di Dispora Sultra. Mereka baru pulang ke rumah, saat semuanya sudah bersih dari sampah dan bebas dari lantai yang licin.

“Saya sudah pernah bicara dengan Kabid Retribusi, bisa nda kita diperjuangkan untuk upah pungut sampah? Tapi belum ada. Ini semata-mata pengabdian saja karena kita ASN. Jadi yang pengelola di sini, yang membersihkan. Pak Juli saja mengepel. Makanya dia marah sekali kalau ada orang yang pakai sendal di dekat kolam, karena ikut pasir di sandal. Kalau orang turun di kolam, merusak air,” jelasnya.
Lalu benarkah pemasukan daerah dari GOR renang tidak sebanding dengan pengeluaran? Wa Rida yang staf Dispora Sultra dan bertugas sebagai kasir, membenarkan hal itu. Katanya, pemasukan yang didapat dari karcis hanya datang dari pengunjung umum yang masuk. Sedangkan dari pihak klub, sama sekali tidak ada.
“Kelihatan itu besaran dari karcis, karena yang kita setorkan ke Kasda pakai QRIS. Jumlahnya kelihatan, hanya Rp.300 ribu setiap hari. Itu hanya dari pengunjung umum. Tidak ada dari Klub,” ujarnya.

Sementara itu, pihak Aquatic Azura Swimming Club, belum bisa dikonfirmasi. Nomor telepon selullar yang ada di feed IG dan coba dikonfirmasi media ini, sudah tidak aktif. (*)

Redaktur : Indri

Please follow and like us:
Pin Share

Komentar