Konawe, SATUSULTRA – Pelayanan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Konawe, disoal. Pihak BLUD dianggap tak becus dalam memberikan pelayanan terhadap pasien, hingga berujung pada kematian salah seorang pasien pada pekan lalu. Akibatnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe melalui komisi III, menggelar hearing yang menghadirkan manajemen BLUD RSUD Konawe, dewan pengawas, BPJS Konawe dan dinas kesehatan, Kamis (3/10/2024).
Masri dari salah satu Non Government Organization (NGO) mengatakan, telah melakukan pendampingan terhadap pasien yang kemudian meninggal dunia, karena tidak mendapatkan pelayanan yang optimal dari pihak RSUD Konawe.
“Terkait manajemen pelayanan kesehatan, berdasarkan metode pelayanan itu, kita bicara SDM, alat kesehatan, program dan metode strategi bagaimana menyusun manajemen yang berimpilkasi pada pelayanan kesehatan yang maksimal. Tentang SDM, terkait pelayanan kualitas kesehatan tentu ini penting karena yang memiliki kompetensi di bidangnya. Tapi karena ending pelayanan kesehatan di RSUD Konawe sampai pasien meninggal, itu sudah cukup bagi saya untuk mengatakan bahwa ada yang mis dalam manajemen itu. Berarti direktur RS gagal melakukan pelayanan yang berkualitas. Karena berkali-kali kejadian yang sama, tapi tidak ada kajian medis. Berarti ada yang putus dalam pelayanan ,” katanya.
Karenanya, dia meminta penjelasan terkait kinerja dewan pengawas BLUD yang telah dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja dokter dan jajaran manajemen BLUD RSUD Konawe.
Ketua Komisi III DPRD Konawe, Ginal Sambari, mengatakan, apa yang jadi tuntutan NGO, harus ditanggapi dengan bijak oleh pihak BLUD RSUD Konawe sebagai bagian dari pelayanan. Sehingga pihak terkait, terutama direktur RSUD Konawe harus memberikan penjelasan dari apa yang menjadi tuntutan tersebut.
“Semua dalam rangka untuk kemajuan atau optimalisasi pelayanan kepada masyarakat Konawe,” katanya.
Menanggapi hal itu, Direktur BLUD RSUD Konawe, dr. Abdul Rahman Matta, M.Kes, mengatakan, di rumah sakit, ada beberapa hal terkait yang dikelola yakni informasi terkait rumah sakit itu sendiri, keuangan, sistem informasi manajemen rumah sakit, manajemen resiko dan keselamatan rumah sakit serta manajemen mutu.
“Memang manajemen mutu rumah sakit, paling kompleks di dunia karena padat masalah dan resiko,” katanya.
Dalam pelayanannya, kata dia, BLUD RSUD Konawe memiliki 29 dokter spesialis. Jumlah itú kemudian bertambah menjadi 31 dokter spesialis setelah adanya penambahan 2 dokter spesialis yakni dokter bedah dan dokter spesialis rehabilitasi medik. Dengan jumlah itu, BLUD RSUD Konawe, tidak hanya melakukan pelayanan medis pada masyarakat Konawe, tapi juga dari kabupaten lain.
“Dari kabupaten lain juga kami layani. Pasien rujukan atau permintaan dari kabupaten terdekat, seperti Koltim, Kolaka dan Bombana untuk kami lakukan pelayanan terhadap mereka, terutama pasien Hemodialisa (HD) atau cuci darah. Karena di RS Konawe kami miliki 23 layanan unggulan diantaranya HD, CT scan dari kepala sampai ujung kaki,” jelasnya.
Lebih lanjut mantan kepala Puskesmas Puuwatu itu, menjelaskan, terkait hemodialisa, RSUD Konawe mempunyai 6 alat. Tapi 1 diantaranya tidak berfungsi karena ada kerusakan.
“Ternyata 6 alat ini kurang optimal kami lakukan cuci darah. Entah pasien yang meningkat atau seperti apa? Tapi penyebabnya, mesin cuci darah dan alat bahan pakai yang kurang,” ujarnya.
Terkait adanya keluhan pelayanan dan permasalahan lainnya, dr. Amiruddin Matta yang baru bertugas sebagai Direktur BLUD RSUD Konawe sejak Februari 2024, menjelaskan, sejak mendapat amanah dari bupati Konawe, satu persatu permasalahan di rumah sakit berusaha dibenahi.
“Kami terus belajar untuk pengembangan diri, karena cukup lama saya di Puskesmas yang padat dengan kegiatan preventif. Di rumah sakit, kita harus berhadapan dengan kuratif.
Memimpin dan mengawasi usaha dari SDM yang kita miliki di RS, itu menyangkut budgeting dan controlling,” tandasnya. (*)
Editor : Indri
Komentar